Pada
dasarnya, tinggi rendahnya risiko keberhasilan proses migrasi
data dari sistem lama ke sistem yang baru sangat dipengaruhi
oleh beberapa aspek, antara lain:
- Aspek Data - Semakin kompleks struktur, model, dan arsitektur data yang ingin dipindahkan, semakin sulit mekanisme pemetaan dan pemindahannya, yang berarti semakin tinggi resiko yang dihadapi
- Aspek Aplikasi - Semakin berbeda platform, sistem, atau standar sistem aplikasi baru dibandingkan dengan sistem aplikasi yang lama, semakin sulit proses migrasi dilakukan, yang berarti akan memperbesar resiko yang dihadapi
- Aspek Teknologi - Semakin tersebar bentuk atau topologi perangkat keras dan jaringan yang merupakan lokasi penyimpanan data, semakin sulit aktivitas pemetaan data yang harus dilakukan, yang berarti akan mempertinggi risiko yang dihadapi;
- Aspek Manusia – Semakin banyak unsur manusia yang terlibat dalam aktivitas pemasukan, pengorganisasian, pemeliharaan, dan pengawasan data, akan meningkatkan potensi terjadinya kesalahan yang berpengaruh pada kualitas data yang disimpan, yang berarti akan memperbesar risiko kesalahan yang terjadi dalam proses migrasi;
- Aspek Kebijakan – Semakin tidak adanya kebijakan standar di perusahaan yang selama ini dipergunakan sebagai acuan dalam proses pengelolaan data, semakin sulit menentukan strategi migrasi yang tepat, yang berarti mempertinggi resiko implementasi skenario migrasi; dan lain sebagainya.
- Lakukanlah kajian (assessment) terhadap arsitektur, struktur, dan sistem basis data (database) yang dimiliki saat ini. Proses kajian akan sangat terbantu jika perusahaan yang bersangkutan memiliki dokumen yang lengkap mengenai seluk beluk data terkait. Inti dari kajian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara detail mengenai tingkat integritas data, agar ketika migrasi dilakukan, data yang dipindahkan adalah utuh dan menyeluruh.
- Pelajarilah arsitektur, struktur, dan sistem basis data dari sistem baru yang akan dituju dalam proses migrasi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempelajarinya, seperti melalui: buku-buku referensi, pengalaman orang lain, reference/technical manual, jurnal/artikel, dan lain sebagainya.
- Bandingkanlah kedua platform tersebut secara sungguh-sungguh (sistem lama dengan sistem baru) dan lakukan proses kajian resiko (risk assessment). Jika konsep atau sistem arsitektur data yang lama kurang lebih sama dengan yang baru, maka nampaknya proses migrasi tidak terlampau sulit untuk dilakukan – dengan kata lain berisiko rendah. Namun, jika sistem arsitektur data yang lama sangat berbeda dengan yang baru, maka tingkat kompleksitas proses migrasi menjadi tinggi – yang berarti pula akan mempertinggi risiko yang ada.
- Cari tahu bagaimana perusahaan-perusahaan lain secara sukses melakukan proses migrasi dengan kondisi yang kurang lebih sama dengan perusahaan terkait. Pelajari pula bagaimana proyek sejenis lainnya mengalami kegagalan dalam melakukan aktivitas yang sama agar pengalaman buruk tersebut tidak berulang. Cara paling mudah adalah melakukan “kunjungan belajar” atau “studi banding” secara formal maupun informal ke perusahaan-perusahaan tersebut.
- Setelah serangkaian proses kajian tersebut dilakukan, tim yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan proses migrasi harus mempersiapkan perencanaan yang matang dan menyusun strategi aktivitas tersebut. Mengingat bahwa proses dan mekanisme migrasi data membutuhkan teknik, metodologi, dan keahlian khusus, maka disarankan bagi perusahaan untuk melibatkan pihak ketiga – dalam hal ini konsultan atau vendor teknologi informasi – yang memiliki pengalaman dan knowledge base terkait dengan kebutuhan ini.
- Berdasarkan metodologi yang telah teruji dan dimiliki oleh pihak ketiga tersebut, maka perusahaan (dalam hal ini tim migrasi data) bersama-sama dengan konsultannya secara langkah demi langkah, fase demi fase, menjalankan metodologi tersebut demi suksesnya proses migrasi yang dijalankan.
0 komentar:
Posting Komentar